The Art of Bengong

….

Sudah lama saya tidak menghabiskan waktu duduk berlama-lama sendirian di rumah kopi ini. Sambil menikmati segelas Americano Ice, sudah hampir dua jam ini saya di lantai dua rumah kopi ini mengamati aktifitas pengunjung lain. Duduk di meja paling ujung membuat saya lebih leluasa untuk mengamati mereka semua.

….

Seorang gadis sendirian di meja depan tempat saya duduk. Entah apa yang dipikirkannya, berbatang-batang rokok telah dihisapnya dari tadi. Lalu sepasang laki-laki dan perempuan sedang terlibat pembicaraan serius dibelakangnya. Ada juga sepasang anak SMA yang masih berseragam di meja sebelah kanan.

Langit november. Sore ini sedikit terlihat tidak bersahabat. Mungkin akan hujan lagi.

***

Hari yang terasa sedikit membosankan. Setelah sebelumnya saya memang memutuskan untuk tidak kemana-mana hari ini. Selain karena memang sedang malas, sejak beberapa hari ini Kota Padang sedang mengalami kelangkaan Bahan Bakar Minyak. Antrian di SPBU, yaaa ampun itu panjaaaang banget, kemarin seorang teman bercerita dia mengantri hingga tiga jam.

Setidaknya saya masih punya persediaan bensin di motor sampai besok malam dengan catatan tidak pergi kemana-mana atau tidak pergi kalau tidak terlalu penting. Males banget kalau nanti di jalan kehabisan bensin dan harus mendorong motor.

Lihatlah antriannya

*foto diambil tanpa ijin dari twitter @ardibhironx*

Namun kebosanan hari ini mengalahkan segalanya. Bodo amatlah nanti mau ngedorong motor dan ikutan ngantri bensin sampai berjam-jam.

Saya memiliki ritual sendiri ketika mengalami kebosanan seperti ini. Saya lebih suka untuk jalan sendiri daripada nongkrong dengan teman. Mencari tempat sepi, ke toko buku atau duduk sendirian di halte selama berjam-jam sekedar ngitungin mobil lewat. Atau menyusuri rangkaian trotoar sepanjang Jalan Sudirman Padang, tepat di depan rumah dinas gubernur. Ini adalah spot yang paling saya sukai karena sekota Padang trotoarnya paling bagus ya disini.

Ritual yang aneh menurut sebagian orang, menurut saya justru menyenangkan. Dengan cara inilah terkadang saya justru menemukan ide apa yang akan dilakukan.

Yang paling seru diantara semua ritual tersebut adalah bengong. Selain mudah bengong juga sangat praktis karena bisa dilakukan dimana saja. mau itu di kampus, kantor, kamar, kafe dimana-mana pasti bisa.

Saya terkadang tidak peduli apapun pandangan orang ketika sedang bengong. Bengong yang disengaja tentunya. Mungkin akan terlihat seperti orang depresi karena sedang dalam masalah besar. Cukup ampuh untuk menakut-nakuti segerombolan anak SMA yang baru pulang sekolah jika dilakukan di Halte. Caranya cukup bengong beberapa saat, lalu menataplah kearah mereka dengan pandangan dingin. Usahakan tidak terlihat menahan tawa ketika melakukannya. Tidak beberapa lama mereka akan membubarkan diri. Percayalah saya pernah melakukannya. HAHAHAHA πŸ˜†

Antara bengong dan mikir beda tipis. Otak bekerja lebih cepat, ide yang munculpun terkadang ajaib-ajaib. Namun berhati-hatilah memilih lokasi bengong terutama jika itu adalah halte atau tempat umum lainnya. Salah-salah kita bisa dituduh akan melakukan kejahatan atau mungkin malah menjadi sasaran kejahatan. Yang paling aman sih enaknya kalau bengong di tempat seperti kafe. Seperti yang saat ini sedang saya lakukan.

Selamat hari jumat teman-teman. Mungkin akhir pekan ini ada yang berencana bengong. Bengonglah dengan bijak. Β Jangan bengong berlebihan karena setiap yang berlebihan itu pasti tidak baik. Berani bengong itu baik. SALAM BENGONG!

23 thoughts on “The Art of Bengong

  1. stiap orang punya cara sendiri menemukan hal2 yang dia senangi rian..walau bagi sebagian orang itu aneh,,,,
    uni juga gitu…lebih suka jalan sendiri…dan jalaaaaan aja terus kemana suka πŸ™‚
    tapi kalau bengong uni takut ntar kesambet hee πŸ˜›

Leave a Reply to @udarian Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.