Siaran TV Digital Terrestrial itu apa? Siaran TV Digital Terrestrial adalah penyiaran siaran televisi dengan menggunakan frekuensi UHF/VHF sama seperti siaran tv analog, namun kontennya adalah konten digital.
Bingung? Sama *dibakar* 😆 .
Jadi gini, pada sistem tv analog, ketika lokasi kita berada jauh dari pemancar stasiun tv, atau terhalang gedung atau bukit, gangguan cuaca dan lain-lainnya akan menghasilkan noise (gangguan) pada penerimaan siaran dipesawat televisi kita. Noise itulah yang menimbulkan munculnya “semut” pada siaran tv kita walaupun kadang udah make antena goceng tapi tetap aja ngga ngaruh.
Sedangkan pada sistem siaran tv digital terrestrial, penerimaan siaran pada pesawat televisi kita akan selalu jernih dengan mengabaikan segala bentuk gangguan yang sama seperti pada sistem tv analog, sampai pada suatu ambang batas tertentu sinyalnya tidak dapat lagi ditangkap.
Namun untuk dapat menangkap siaran tv digital ini harus menggunakan pesawat televisi seri terbaru yang telah support dengan siaran digital atau memasang Set Top Box / Digital Receiver / DVB-T2 Receiver yang menghubungkan antena dengan televisi jadul.
Jadi berawal dari penerimaan siaran tv di daerah tempat kost Saya yang cukup buruk. Awalnya saya berencana untuk memasang tv berlangganan, namun akhirnya karena bingung sendiri parabolanya mau dipasang dimana saya akhirnya mencoba mencari alternatif lain.
Setelah browsing kesana-kemari pilihan jatuh ke siaran tv digital terrestrial. Agak gambling sebenarnya, karena belum terlalu banyak orang yang mencobanya. Dibeberapa forum online pun menurut pengakuan beberapa netter daerah tempat tinggal mereka hanya bisa menangkap beberapa channel. Informasinya sangat minim. Ditambah lagi adanya informasi peraturan pemerintah tentang migrasi tv anolog ke tv digital dibatalkan.
Tapi rasa penasaran menang, saya akhirnya memutuskan Set Tpp Box (STB) TV Digital dari sebuah toko online. Kalaupun nanti STB nya tidak dapat digunakan bisa dijual lagi di-olx.
Xtreamer DVB-T2 Bien. Harganya Rp 250ribuan, kata yang jual sih udah diskon 35%. Okeh skip. Langsung pasang deh.
Terdapat port USB dibagian depannya, yang dapat digunakan untuk menjalankan file multimedia melalui media penyimpanan seperti flashdisk atau harddisk. Sedangkan untuk outputnya, dapat menggunakan kabel RCA atau menggunakan kabel HDMI. Karena tv nya memang udah jadul, saya pakai kabel RCA saja.
Awalnya Saya menggunakan antena seperti yang dibawah ini. Ceritanya terlanjur beli barengan sama STB nya. 😆 Namun pada saat saya melakukan scanning channel hanya 5 channel yang berhasil ditangkap. Beritasatu, Beritasatu English, RCTI, MNCTV dan GlobalTV 🙁 .
Masih penasaran dong. Coba untuk diutak-atik. mulai dari mindahin posisi antena sampai menaruh antena diluar kamar, saya mencoba melakukan scanning ulang. Beberapa channel lagi berhasil ditangkap. Hmmm.. menarik. Sepertinya memang harus menggunakan antena outdoor. Karena panjang kabel bawaan antenanya hanya dua meter, besoknya saya memutuskan membeli kabel coaxial sepanjang 15 meter. Masalahnya sekarang, antena yang bentuknya kayak microphone ini ngga bisa dimodifikasi 😆 .
Mikir.. Mikir.. Mikir.. Akhirnya kabel coaxial tersebut dipasang pada sebuah antena kecil yang memang telah ada sebelumnya, itung-itung eksperimen sih 😆 . Saya coba untuk melakukan scanning ulang. Dan.. binggo! semakin banyak channel yang berhasil ditangkap.
RCTI, GlobalTV, MNCTV, 3 channel kosong (pelangi), Magna TV (pelangi), BNTV (pelangi), MetroTV, MetroTV HD, TVONE, ANTV, Sport One, Beritasatu, Beritasatu English, Trans7, TransTV, KompasTV, TVRI 1 (Nasional), TVRI 2 (TVRI Jakarta), TVRI 3 (Budaya), TVRI 4 (Sport), Indosiar, O Channel dan 12 channel yang isinya RTV semua 😆
Gimana siarannya? Cling! Jernih! Ngga ada semutnya.
NET TV ada? Ngga ada tuh huehehe. Entah karena didaerah saya tidak bisa menangkap siaran digital NET TV atau NET TV nya memang belum ada siaran digitalnya kurang tau juga. Tapi ngga masalah, setidaknya sekarang kalau nonton tv saya tidak bertemu “semut” lagi.
FYI : saya tinggal di daerah Kebon Jeruk. Didaerah lain mungkin hasilnya mungkin akan berbeda, karena beberapa hari yang lalu ketika pulang mudik lebaran seorang teman yang tinggal didaerah Mangga Besar meminjam STB saya untuk testing dan mengatakan di rumahnya hanya bisa menangkap 3 channel saja.
Okeh, sekian reviewannya kali ini. Kapan-kapan update lagi hahaha.
Voila…selamat udarian,,nonton tv ga pake semut lg…
Btw itu channelnya ada channel pelangi? o__O
Itu antena? Kirain mikrofon penyiar radio. Hahaha
waah tertarik ah. tapi kalo di tempat yang banyak pohonnya kaya rumah gw masalah ngga yah kira-kira ?
Ohh itu antena toh, kayak mic bentuknya, Uda.
Kayaknya perlu coba nih, habis pakai antena dalam yang bentuknya kayak parabola masih suka ada semutnya hihi *rumahku di pedalaman*
Lala Jalan-jalaaaaaan :*
Wah keren dong klo gitu, da…. Nonton bisa bebas dari gangguan semut semut tak bertanggung jawab 😀
Btw, blognya mulai rame dengan iklan ya,,,, ajarin saya dong ,,heee
wah selamat tinggal semuat, tapi nih kedepan nya bayar ga ya kaya TV kabel gitu ??
@udarian…skrng masih bisa ga tv digital nya…soalnya saya mau pakai
Tri, saat ini beberapa channel hilang seperti
– MNC Group (RCTI, Global TV dan MNCTV)
– Kompas TV dan CNN Indonesia
Tapi channel lainnya masih ada. Dan jumlah channel yang dapat ditangkap juga tergantung daerah masing-masing.
Da rian, di padang baa da, ado info lai dapek siaran digital ko da?
ih keren.. baca ulang stepnya 1 by 1 penasaran juga
Perlu di coba tuch…
Perlu di coba tuch…