Saya langsung teringat dengan Pak Edwar, guru mata pelajaran sejarah saya ketika di Sekolah dulu, ketika Prof. Dr. Hariyono – Plt. Kepala BPIP menyampaikan bahwa kita harus melihat sejarah dan apa yang terjadi pada masa lalu dengan perspektif masa sekarang, karena dulu beliau juga pernah mengatakan hal serupa.
Tidak ada salahnya menjadikan hal-hal yang pernah terjadi dimasa lalu sebagai panduan untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dimasa depan.
Lebih kurang 500 orang guru sejarah dari seluruh Indonesia diundang ke Surabaya untuk berkumpul tanggal 29 November 2019 – 2 Desember 2019 lalu pada acara Persamuhan Nasional Pendidik Pancasila, dengan harapan guru-guru yang diundang hadir pada kegiatan ini dapat menjadi pendidik Pancasila dan dan menanamkan nilai-nilai pancasila kepada anak didiknya.
Suasana keberagaman sangat terasa pada kegiatan ini. Tidak hanya sekadar kegiatan seminar dan diskusi. Pada acara pembukaan persamuhan ini, semua guru yang hadir hampir seluruhnya mengenakan pakaian adat daerah asal masing-masing.
Dan acara semakin meriah dengan penampilan pertunjukan Tari Remo, tarian tradisional Jawa Timur yang memang ditujukan untuk penyambutan tamu. Kemudian dilanjutkan dengan Tari Saman yang berhasil memukau semua hadirin.
Bu Risma, Walikota Surabaya hadir sebagai salah satu pengisi materi pada acara persamuhan ini. Menurut beliau, guru memiliki peran sangat penting dalam membangkitkan semangat dan menguatkan anak didik ketika mereka rapuh dan merasa tidak mampu untuk berprestasi. Bukan justru mengecilkan dan memandang sebelah mata.
Berikan yang terbaik untuk anak-anak, maka pasti kebaikan itu akan kembali lagi kepada kita.
– Tri Rismaharini –
Pemateri lainnya yang hadir dalam persamuhan ini adalah Presiden Jancukers – Mbah Sujiwo Tejo, mengingatkan kepada guru-guru yang hadir bahwa saat ini siswa banyak belajar dari aneka media
Anak mungkin bisa belajar dari youtube, tapi mereka tidak akan mendapatkan berkah dari youtube.
– Sujiwo Tejo –
Menurut si Mbah, berkah hanya didapat dengan sopan santun dan mencium tangan guru. Karena itu menjadi tantangan bagi para guru, bagaimana guru bisa membangun suasana keharuan, kecintaan terhadap Pancasila, sebagaimana seorang anak terhadap orang tua ataupun sebaliknya.