Catatan Gempa

Gue baru sampai di kosan, ketika gempa berkekuatan 7,6 SR itu mengguncang Sumatera Barat. Tidak ada yang dapat diperbuat ketika goncangan kuat itu dalam sekejap merontokkan sebagian besar di Kota Padang dan Pariaman selain beristigfar dan menyebut nama ALLAH.

Satu hal yang terlintas dipikiran gue ketika gempa itu berlangsung. ” Apakah hari ini akan terjadi KIAMAT ?

Semuanya berubah kacau. Orang-orang berlarian, reruntuhan bangunan berserakan, radius 100 meter dari tempat kost gw terjadi kebakaran di dua lokasi, suara anak-anak dan ibu-ibu menangis bercampur menambah kelabu langit yang saat itu sedikit mendung.

Benar-benar gempa terdahsyat yang pernah gue rasakan.

Gempa berhenti. Dan ternyata gue keluar rumah hanya mengenakan celana. oh tidak!! apakah orang-orang berlari ketakutan karena melihat tubuh gw yang eksotis :mrgreen: . gue segera berlari masuk kembali ke dalam rumah mencari baju yang entah dimana dirinya berada.

Kondisi kosan gw berantakan. Sebenarnya sebelumnya juga udah berantakan πŸ™‚ , tapi kali ini jauh lebih berantakan dari sebelumnya. Lemari roboh. Dispenser gue juga tewas mengenaskan di lantai. Airnya tumpah kemana-mana. Beruntung galonnya ga ikut-ikutan bocor.

Baju gue ditemukan, saatnya untuk kembali keluar rumah takut terjadi gempa susulan. Seketika sinyal hape menghilang, batre hape gue juga tinggal satu garis. syitt!! gue masuk lagi kedalam rumah mencari chargeran. tapi gue kembali lagi keluar. MATI LAMPU !!

oke baiklah. telah terjadi gempa besar, listrik mati, sinyal hape ilang, dan GUE BELUM MEMBERI KABAR KEPADA ORANG TUA GW DIRUMAH. Gue bisa ngebayangin gimana cemasnya orang tua gue karena gue ga ngasih kabar. Gue jadi inget mama ketika melihat seorang ibu yang menangis karena anaknya belum pulang dari sekolah.

sabar..!!! gue dan teman gue HAJAL mencoba untuk mengirim sms kepada orang tua masing-masing berharap nanti sms nya terkirim sendiri setelah sinyalnya kembali normal. karena gue kira saat itu sinyalnya ilang karena padatnya traffic komunikasi pasca gempa.

Dua jam berlalu, abis sholat magrib belum ada tanda-tanda listrik akan menyala. Dikosan juga cuma ada gue dan Hajal. Sementara teman sekost gue yang lain Jefry dan Dodi belum juga pulang.

Suasana benar-benar mencekam, gue dan Hajal bergabung bersama warga sekitar kosan yang telah membuat tenda-tenda darurat seadanya di luar rumah karena takut akan terjadi gempa susulan.

Tidak ada televisi, sinyal hape pun belum ada. Hape gw pun tewas, karena emang udah dari tadi dia kelaparan dan minta diberi makan. Sebuah radio ponsel milik tetangga gue menjadi satu-satunya sumber komunikasi kami malam itu.

Hanya satu radio yang menyala. RRI. Terdengar seruan walikota Padang, Bapak Fauzi Bahar dari seberang sana memberi seruan kepada warganya agar tidak panik dan menyatakan tidak akan terjadi bencana Tsunami.

Selanjutnya via telepon masih di radio tersebut terdengar laporan “jeritan” dari masyarakat Padang meminta bantuan evakuasi secepatnya terhadap korban-korban gempa yang tertimpa bangunan disekitar tempat tinggal mereka. DAMPAK TERNYATA GEMPA LEBIH PARAH DARI APA YANG DIBAYANGKAN.

Malam semakin gelap, suasana “pengungsian” gue terlihat tidak ubahnya seperti Suku Hutu sedang mendengarkan radio doktrin penyerangan Suku Tutsi dalam film Hotel Rwanda.

***

Kira-kira jam 21.30, Jefry datang bersama teman sekampus gw Adi. Tuhan membukakan jalannya untuk kami. Hape Adi yang menggunakan operator 3 memiliki sinyal.

Meminjam hape milik Adi, gue dan Hajal bergantian mengirim kabar kepada orang tua masing-masing di kampung. Cukup pendek pesan yang gw kirimkan. Tapi setidaknya bisa membuat orang tua kami tidak terlalu cemas memikirkan kami karena tau kami selamat.

Dari cerita Jefri gue baru tau kalau jalur menuju ke kampus UNAND macet total karena masyarakat panik akan terjadi tsunami sebagian besar mencoba mengungsi di kampus yang terletak di daerah perbukitan itu.

30 Menit kemudian Dodi juga datang bersama Ari, Angga dan seorang temannya lagi. lupa namanya siapa. Mereka datang dengan kabar yang berbeda. KAMPUS UNAND RUSAK BERAT. FAKULTAS TEKNIK PALING PARAH. wew.. kampus gue apa kabarnya…

***

Hujan mulai turun. “pengungsian” gue bubar. warga yang tadi ramai disana satu per satu kembali kerumah masing-masing walaupun masih dibayang-bayangi terjadinya gempa susulan.

Kami juga kembali ke kosan. Makan malam dengan nasi yang seadanya.

Malam semakin larut. Kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat. mengambil resiko tidur didalam bangunan dan kemungkinan gempa susulan. Listrik masih belum menyala. Semoga besok pagi lebih baik.

***

7 thoughts on “Catatan Gempa

Leave a Reply to sHaa Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.